SELAMAT DATANG DI SITUS BPK PEJAWARAN BLOG INI MASIH DALAM TAHAP PENGEMBANGAN MOHON MAAF APABILA MASIH TERDAPAT BANYAK KEKURANGAN

Senin, 27 April 2015

PEMANFAATAN URINE HEWAN TERNAK UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK


A.    LATAR BELAKANG
Dalam konsep Pertanian Terpadu, ternak sebagai mata rantai yang mutlak harus ada. Ternak besar seperti sapi, kerbau, dan ternak kecil seperti kambing, domba biasanya merupakan hewan piaraan petani. Fungsinya ganda yaitu sebagai tabungan dan limbahnya terutama limbah padat untuk pupuk kandang.

Selama dasawarsa terakhir muncul idea dan kajian perlunya mengembangkan pertanian organic. Idea itu muncul karena adanya dampak negative dengan semakin mindednya petani dalam penggunaan pupuk anorganik dan pestisida terutama dampak terhadap lingkungan alam.
Dalam perkembangannya, pertanian organic mulai diterima mulai diterima oleh petani / keluarga petani baik petani padi, petani palawija maupun petani sayuran. Namun informasi penemuan bahan organic berjalan lamban. Sebagian petani masih sulit menerima revolusi penggunaan bahan organic karena beberapa sebab, terutama respon tanaman terhadap pupuk atau bahan organic memang lambat di banding  pupuk anorganik yang instan.
Penggunaan pupuk buatan dan pestisida oleh petani yang rata – rata overdosis, sebenarnya menimbulkan masalah bau. Masalah tersebut berkisar pada masalah penyediaan dan distribusi pupuk termasuk harga yang cenderung meningkat.
Untuk mengantisipasi masalah – masalah tersebut maka pengembangan pertanian organic dengan memanfaatkan sumber daya local yang cukup melimpah menjadi alternative pikiran yang tepat.



B.     PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK
Pertanian organic sebenarnya tidak  secara mutlak mematikan penggunaan pupuk buatan. Yang menjadi masalah adalah justru petani bergantung 100 % pada pupuk buatan dengan penggunaan yang over dosis dan meninggalkan sama sekali pupuk organic.
Dampak nyata terhadap lingkungan adalah semakin menurunnya kondisi fisik tanah dan berkurangnya serangga predator karena penggunaan pestisida non organic yang terus menerus.
Rintisan pengembangan pertanian organic dimulai dari komoditas sayuran seperti wortel, buncis, bawang merah, bawang daun, dll. Pertanian organic yang cukup bagus dan berjalan baik adalah pengembangan strawberry di Tawangmangu dimana 80 % menggunakan bahan organic    ( baik pupuk maupun pestisida)
Pertanian organic juga dikembangkan untuk tanaman padi dalam rangka penyediaan beras organic. Kita punya embryo kawasan pertanian organic di Kecamatan Mojogedang. Di kecamatan ini kebanyakan kelompok tani telah bisa memproduksi pupuk organic. Bahkan di Desa Pereng ada kelompok tani  yang menonjol yaitu kelompok tani “ Rukun Makaryo”  yang tidak saja produksi pupuk organic akan tetapi termasuk pestisida organic, sayuran organic dan beras organic.
Sumber daya local tersedia cukup banyak baik jenis maupun jumlahnya. Sebut saja limbah pertanian dari budidaya tanaman seperti jerami, pucuk tebu, daun singkong, rendeng ( daun kacang tanah) , tebon     ( daun jagung ). Ada lagi limbah ternak baik padat maupun cair. Kotoran hewan padat biasanya digunakan petani sebagai pupuk kandang. Sementara limbah cair yang berupa “ urine “  belum banyak dimanfaatkan.
Pengalaman di lapangan menunjukkan seekor sapi dewasa dapat menghasilkan 15 – 20 kg limbah padat ( clethong ) dan 7 – 10 lt limbah cair (urine).  Sebenarnya clethong juga dapat dijadikan bahan baku untuk menghasilkan “ bio gas”, meskipun diperlukan sarana bangunan khusus.
Pertanian organic akan semakin berkembang bila kita dapat memanfaatkan limbah organic baik dari limbah budidaya tanaman maupun limbah ternak. Bahan baku melimpah dan tersedia secara local. Barangkali hanya dari aspek kreativitas dan ketrampilan harus didorong dan dilakukan secara terus menerus.

C.    MEMANFAATKAN URINE TERNAK UNTUK PERTANIAN ORGANIK
Pupuk dan pestisida bila ditinjau dari bentunya dapat berbentuk padat ataupun cair. Pupuk dan pestisida yang berbahan orgnik dalam kenyataannya bersifat ramah lingkungan. Secara fisik pupuk organic entah itu pupuk kandang, kompos, bokashi, pupuk hijau, atau apapun namanya dapat memperbaiki struktur kondisi tanah pertanian, sehingga memudahkan pengolahan tanah. Pestisida organic juga tidak mematikan serangga predator yang membantu petani.
Secara fisiologis penggunaan bahan organic merangsang tanaman mnyerap unsure hara tanah lebih banyak karena bahan organic mempercepat penguraian unsure hara tanaman.
Sesuai dengan slogan “ Back to Nature” atau “ Kembali ke Alam” maka system budidaya tanaman maupun hasil / produk pertanian yang bersifat organic merupakan jawaban slogan di maksud. Urine ternak dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan “ Bio Level Antioksidan ( BLA)” dimana BLA merupakan bahan organic cair yang di fermentasi dengan organisme.
Kegunaan BLA ini dapat dijadikan alternative pengganti pestisida dalam rangka menghalau dan menekan perkembangan hama penyakit tanaman tetapi juga ramah lingkungan, aman bagi manusia, ternak dan ikan.


Kalau pembaca akan mempraktekkan membuat BLA maka akan disebutkan bahan dan cara pembuatannya.
a.       Bahan – bahan
-          Urine / air kencing sapi sebanyak 1 liter
-          Asam cuka kadar kurang dari 25% : 100 cc.
-          Alcohol kadar kurang dari 25% : 100 cc
-          Molase / tetes : 150 cc
-          Mikroorganisme ( bisa dari EM4) atau STARDEC : 200 cc
-          Jerigen plastic yang dapat ditutup rapat.
b.      Pembuatan
-          Urine / air kencing sapi dimasukkan dalam ember plastic.
-          Masukkan atau cuka dan aduk sampai rata.
-          Masukkan juga berturut – turut alcohol, molase / tetes dan mikroorganisme aduk sampai rata.
-          Masukkan campuran tadi ke dalam jerigen plastic dan tutup rapat – rapat.
-          Setiap hari dikocok 2 kali ( pagi & sore ), kemudian buka tutupnya agar gas keluar, dan tutup lagi.
-          Lakukan terus selama ± 14 hari hingga tidak keluar gas lagi.
-          Diamkan selama 1 minggu, setelah itu siap dipakai.
-          Dosis pemakaian : 10 – 15 cc / lt air atau 150 – 200 cc untuk tangki ukuran 14 lt.
-          Penyemprotan untuk tanaman dapat dilakukan dengan interval 7 – 10 hari sekali hingga panen.
Selamat mencoba, semoga sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar